Gedung Cagar Budaya Nasional Tri Panca Tunggal,Cigugur-Kab.Kuning an Jawa Barat dibangun tahun 1840.
Dalam catatatan kecil beberapa waktu yang lalu, penderitaan masyarakat Cirebon ABAD XVIII sangat mengerikan. Karena kerja rodi dan adanya Preanger Stelsel. Bahaya kelaparan yang ada dimana-mana mengakibatkan banyaknya perampokan yang mengakibatkan pemberontakan diarahkan kepada etnis keturunan dan VOC juga kepada pemerintahan Raja Cirebon yang sebenarnya dijadikan boneka oleh VOC. Pemberontakan yang dipimpin oleh MIRSA ini berkali-kali dipadamkan oleh VOC namun selalu gagal. Pecah lagi pemberontakan pada tahun 1796 dan pemberontakan rakyat Gebang sampai tahun 1799 di mana VOC dibubarkan dan daerah kekuasaanya diserahkan kepada Pemerintahan Belanda.Yang menarik dari kepangeranan Gebang ini, adalah daerahnya selalu bergolak dan menjadi basis pertahanan karena wilayahnya berbatasan dengan Jawa Tengah. Pengambil alihan kekuasaan dari VOC ke Pemerintah Belanda nampaknya tidak meredakan bara pemberontakan yang terus bergejolak.
Pemberontakan yang dipimpin oleh SIDUNG ARISIM dan SUARSA sampai pada puncaknya tahun 1802. Sama halnya dengan VOC, Pemeberintah Belandfa tidak mampu menghentikan pemberontakan ini. Bukan Belanda kalau tidak licik, SIDUNG ARISIM dan SUARSA-pun akhirnya menyerah kepada Pemerintah Belanda, karena dijanjikan rakyat Gebang akan diringankan dari segala beban.
Dari peristiwa inilah Pemerintah Belanda, kemudian mencopot kedudukan Pangeran Gebang dengan tuduhan pemerasan kepada rakyat.Dan dikeluarkanlah Reglemen Van Het Beheer Van de Cheribonsche Landen tertanggal 2 Februari 1809. Maka Karisidenan Cirebon yang terbentuk tahun 1705 itu berakhir, selanjutnya akan dijadikan dua perfektura, satu diantaranya daerah Sultan Cirebon dan Pangeran Gebang dan yang kedua tanah Priangan Cirebon.
Sultan Cirebon yang diperlakukan sebagai pegawai raja Belanda kepangkatannya ada di bawah PERFEKTURA yang harus tunduk kepada Pemerintah Belanda. Sultan Cirebon pada akhirnya akan dipertahankan untuk memberikan tanda-tanda atau simbol-simbol penghormatan dan kewibawaan dan kemulyaan Sultan terhadap penduduk pribumi.
Kepada para Sultan dibagikan pula tanah serta cacahnya meneurut ketetapan dan apa yang disebut tanah Sultan dan Pangeran Gebang akan dibagi diantara tiga Sultan ialah :
1. Kasepuhan : 4239 jung sawah dan 80635 cacah
2.Kanoman : 4304 Jung sawah dan 76622 cacah
3.Kacirebonan : 4293 Jung sawah dan 80250 cacah.
Daerah Kuningan yg semula termasuk wilayah tanah Pangeran Gebang diperuntukan bagi Sultan Kasepuhan ialah Kuningan, Cikaso, dan Pegunungan Gebang (Sedong?). Dicopotnya Pangeran Gebang dari kedudukannya di Kepangeranan GEBANG KINATAR adalah pemutar balikan fakta dan tuduhan bahwa Pangeran Gebang memeras rakyat.Padahal sasaran pemberontakan adalah etnis keturunan dan VOC. Pangeran Gebang adalah keturunan dari Pangeran WIRASUTA UPAS yang diangkat sebagai Pangeran Gebang setelah terbentuk Karisidenan Cirebon sekitar th 1705.
Setelah GEBANG dihilangkan kekuasaanya dan keturunan Gebang selanjutnya adalah PANGERAN ALIBASA yang menetap di Gebang Udik. Dalam silsilah keturunan keluarga keturuna Gebang adalah sbb :
1. Pangeran Wirasutajaya.
2.Pangeran Seda Ing Demung.
3.Pangeran Nata Manggala.
4.Pangeran Seda Ing Tambak.
5.Pangeran Seda Ing Grogol.
6.Pangeran Dalam Kebon.
7. Pangeran Sutajaya Upas.
8. Pangeran Sutajaya kedua.
9. Pangeran Alibasa.
Pangeran Alibasa yang juga dikenal dengan nama Pangeran Surya Natan atau Pangeran Kusuma Adiningrat. Yang merupakan buyutnya dari Pangeran Djatikusuma. Sekarang tinggal di Paseban Tri Panca Tunggal Cigugur,Kab.Kuningan Jawa Barat...
@ Kanjeng Pangeran, yang benar Pangeran Djatikusumah. Bukan Pangeran Wijaya Kusuma.
@ Kang Inay Damha...mudah-mudahan kurang pas, saya akan selusuri kembali.
dari catatan facebook oleh Yatno Kartaradjasa