Mayoor Tan Tjin Kie adalah seorang pengusaha gula kaya-raya asal
Cirebon. Dilahirkan padatanggal 25 Januari 1853 di Cirebon ; pada umur 29
tahun ia diangkat sebagai Luitenant der Chineezen, kemudian menjadi
kapitan enam tahun kemudian, dan akhirnya pangkat mayor tituler diraih
pada 1913 dan meninggal pada tanggal 13 Februari 1919.
Gelar Mayoor (Mayor) sendiri bukan pangkat dalam
kemiliteran, tetapi merupakan gelar tituler yang diperoleh masyarakat sipil
karena pengaruh atau kekayaannya meskipun seperti dalam sistem kemiliteran pada
umumnya, seorang pemimpin masyarakat Cina bisa memperoleh kenaikan pangkat
sesuai reputasi dalam tugasnya . Gelar tertinggi pemimpin masyarakat golongan
Cina adalah Mayor, Kota Semarang yang pertama kali punya mayor Cina dengan
diangkatnya Tan Tiang Tjhing sebagai mayor Cina titulair (kehormatan)
pada 1829, diikuti oleh Surabaya dengan diangkatnya The Goan Tjing pada
1834, baru terakhir Batavia dengan diangkatnya Tan Eng Goan pada 1837.
Tan Tjin Kie merupakan orang Tionghoa terkaya di Cirebon. Ia
memiliki puluhan rumah mewah dan ribuan hektare tanah serta pabrik gula. Salah
satu rumahnya yang paling mewah berada di Desa Luwunggajah (sekarang Jatiseeng
Kidul Kecamatan Ciledug), diberi nama Binarong. Pemakaman Tan Tjin Kie
diperkirakan dihadiri oleh 200 ribu orang dan berlangsung dengan sangat megah.
Pada tahun 1884 Tan diangkat menjadi Luitenant Wess en
Boedelkamer. Pada tahun 1888 , Tan menjadi Kapitein dan pada tanggal 1913
akhirnya menjadi Majoor. Pada tahun 1893 , pemerintahan Dinasti Qing memberikan
gelar To-Han [Maharaja Kelas II] dan pada tahun 1908 , Tan mendapat promosi
dari pemerintah Qing dengan pangkat To-Wan. Di tahun 1909 , Tan mendapat
bintang Gouden Ster van Verdienste [Bintang Emas Untuk Jasa] . Tan juga menjadi
ketua dari perkumpulan kematian Kong Djoe Koan ,perkumpulan THHK dan pelindung
Hok Siu Hwee. Tan adalah pelindung utama kesenian jawa , "Een Grot Beschemer
der Javaanse Kunst" [Dr Th Pigeaud, Javaanse Volksvertoningen , p114] .
Tan juga seorang dermawan yang sering membantu korban bencana alam dan
kelaparan di Tiongkok. Tan menyumbang 10 ribu f untuk mendirikan rumah
sakit di Cirebon dan 10 ribu f untuk gedung THHK . Tan juga menyumbang untuk
masjid di Luwung Gajah dimana ia memiliki dua pabrik gula dan satu istana megah
di Binarong. Pada tahun 1917 , Tan sudah mulai sakit-sakitan.
Buku Peringetan Dari Wafatnya Majoor Tan Tjin Kie ditulis oleh
putera Tan Tjin Kie yang bernama Tan Gin Ho, diterbitkan oleh G. Kolff & Co
Batavia, terdiri dari 67 halaman. Desain buku ini cukup mewah pada masanya,
kondisi buku yang dijual ini sudah agak kusam dan ada beberapa
tambalan.***Deddy Madjmoe dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih Telah Berkunjung di Blog Warga Kota Ciledug Cirebon